Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 18 Juni 2008

Pementasan Teater "2 Penggerutu" (3 juni 2008)

http://sanggarteaterlugu.blogspot.com/

Pada tanggal 3 Juni 2008, teater lugu baru saja melakukan pementasan teater yang berjudul "2 Penggerutu". Pementasan ini disutradarai oleh Galih Bagus Perdana. Pemain oleh Roni, Okbrin, Adjie, Heri, dan Vicky. Pementasan ini mengisahkan tentang 2 orang yang berbeda latar belakang dan berbeda status sosial yang bernama Nawal dan Karim bertemu di sebuah taman. Nawal adalah seorang eksekutif muda sedang Karim adalah seseorang yang senang berpetualang. Kedua orang ini adalah orang yang berwatak keras kepala. Beberapa topik pembicaraan sering tidak menemukan titik temu, bahkan permasalahan makanan pun sering dijadikan bahan perdebatan diantara keduanya.


Pementasan ini dilakukan di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta. Pementasan dimulai pada pukul 19.30 wib. Pementasan ini dihadiri oleh beberapa petinggi-petinggi di Teater Lugu sendiri dan beberapa teman-teman teater kampus baik dari UMS bahkan dari UNS serta beberapa seniman-seniman teater di Solo. Pementasan ini adalah pementasan yang dilakukan oleh teater Lugu setalah jenjang waktu 15 tahun. Pementasan ini juga sebagai awal dari Galih selaku sutradara seperti yang diutarakan oleh Galih sendiri, "Pementasan ini adalah awal dari saya memulai sebagai seorang sutradara".

Semoga ini menjadi awal yang baik buat Teater Lugu selanjutnya. Sehingga pementasan-pementasan selanjutnya dapat lebih baik lagi. Jaya Teater Lugu!!.

SALAM BUDAYA!!!

PEMENTASAN TEATER PEREMPUAN PEREMPUAN MALAM (7 mei 2008)


http://www.surabaya-ehealth.org/e-team/berita/pementasan-teater-perempuan-perempuan-malam

Surabaya, eHealth. Aku tidak ingin terkena virus HIV/AIDS! Itulah pesan yang ingin disampaikan para pemain teater yang tergabung dalam Genta Urban Teater saat tampil digedung pertemuan Pandansari, Kecamatan Benowo hari Rabu (7/5) yang lalu. Teater pemainnya merupakan para PSK (Pekerja Seks Komersial) daerah Moroseneng. Mereka mengangkat kisah “Perempuan-Perempuan Malam” yang menceritakan kehidupan para PSK saat memulai “kehidupan barunya” hingga salah satu PSK diceritakan meninggal karena terjangkit HIV/AIDS. Alur serta ide cerita yang mengalir, penghayatan peran dari setiap pemain dan juga merupakan kisah nyata dari pemain teater itu sendiri semakin “membius” ratusan penonton yang memadati gedung pertemuan hingga pertunjukan berakhir.

Pementasan teater juga disaksikan langsung oleh Arif Afandi selaku Ketua KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota Surabaya sekaligus Wakil Walikota Surabaya. Bukan tanpa sebab pementasan teater yang diprakarsai oleh KPA Kec. Benowo yang bekerjasama dengan LSM Genta ini diadakan. Karena merupakan bagian dari sosialisasi penggunaan kondom 100% yang dicanangkan bulan Februari lalu.

“Berdasarkan data yang kami peroleh, sampai dengan akhir bulan April tahun 2008, di kecamatan Benowo sebanyak 38 orang terdeteksi terjangkit virus HIV/AIDS dari 617 orang yang mengikuti pemeriksaan atau screening dari bulan Februari tahun 2007 lalu,” tutur dr. Lolita Riamawati selaku ketua KPA kecamatan Benowo saat ditemui tim eHealth seusai pementasan. Dia juga menuturkan bahwa program sosialisasi penggunaan kondom 100% di lokalisasi Moroseneng sejauh ini berjalan cukup lancar. “Sejak tanggal 15 April sampai 2 Mei 2008 telah terdistribusikan 2730 kondom yang tersebar di seluruh lokalisasi Moroseneng,” ujar wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Puskesmas Sememi.

Diana (29), salah satu pemain teater yang juga ”penghuni” lokalisasi Moroseneng menyatakan kekhawatirannya apabila dia terjangkit virus yang belum ada obatnya tersebut, karena dia sadar dia bekerja dengan resiko tinggi. ”Dengan tampilnya saya di teater, saya ingin menyampaikan sama penonton kalau HIV/AIDS itu penyakit berbahaya,” ujarnya. Dia berharap masyarakat sadar dan peduli akan bahaya AIDS dan tidak semata-mata ditularkan melalui PSK. (And/Ito)

Sandekala, Reformasi di Pentas Teater (23-24 mei 2008)








http://www.vhrmedia.com/vhr-corner/cakrawala,Sandekala-Reformasi-di-Pentas-Teater-47.html

Aki, penjaga (kuncen) hutan keramat di Kawali, gelisah. Kenaikan harga BBM, demonstrasi mahasiswa, pergantian pemimpin, pemanasan global, sampai pemecatan cucunya, Bagus Magenda, yang wartawan begitu meresahkan hatinya. Di tengah kegalauan hati, ia ungkapkan kelelahannya menjaga hutan keramat. Lelah menghadapi jiwa-jiwa serakah yang begitu ingin mengeksploitasi kemurnian hutan keramat yang diamanatkan untuk tetap dijaganya.

Kelelahan sang Aki mencapai puncak. Namun justru di saat itu datang beberapa kaki tangan Camat yang memaksa mengambil kayu dari hutan keramat tanpa mengindahkan - apalagi menghormati - wewenang Aki sebagai kuncen tempat itu.


Potongan cerita itu menjadi titik awal pementasan teater Sandekala pada 23-24 Mei 2008 di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung. Lakon itu dimainkan Teater Main pimpinan Wawan Sowfan yang juga sutradara dan penulis naskah lakon ini.


"Pementasan ini mengungkapkan semua permasalahan yang dihadapi rakyat di kelas bawah. Mungkin bagi sebagian orang uang sebesar 60 ribu rupiah tidak berarti apa-apa, tapi bagi mereka yang berada di lapisan ekonomi paling bawah, uang itu bisa berarti jauh," ujar Wawan Sofwan.


Pernyataan ini merujuk pada tokoh Dadang, tukang ojek yang ngotot tidak mau membayar uang keamanan Rp 60 ribu rupiah kepada preman setempat. Dadang kemudian bergabung dengan tukang ojek lain yang bergabung dengan mahasiswa, pemuka agama setempat, dan - tentu saja - Bagus Magenda. Mereka bersatu memprotes petinggi kecamatan yang bersikeras mengadakan pasar malam. Kesulitan ekonomi yang kian menjepit, ditambah pasar malam yang diadakan berdekatan dengan sarana ibadah, rumah sakit, dan sekolah, membuat warga berkeberatan terhadap pasar malam tersebut.

Warga protes, namun Suroto, Camat Kawali, jalan terus. Ia tidak peduli meski Dewi, anak perempuannya, terus memprotes. Dewi bahkan bergabung dengan warga yang memprotes kebijakan Suroto.


Korupsi yang dilakukan Camat Suroto menjadi sorotan cerita dalam pementasan teater berbahasa Sunda ini. Korupsi pula yang menjadi pangkal permasalahan cerita. Suroto memerintah Kecamatan Kawali dengan sewenang-wenang dan penuh praktik korupsi. Ia berkolusi dengan pemilik toko bahan bangunan untuk proyek pembangunan sarana olah raga supaya bisa mendapatkan untung besar - yang tentu saja masuk ke kantong pribadi. Dan seperti yang terjadi di awal cerita, ia memerintahkan bawahannya untuk menebang pohon keramat di hutan.


Konflik terus berkembang dan semakin menajam. Seorang warga begitu vokal memprotes kesewenang-wenangan Camat hilang - diduga diculik oleh aparat setempat, sementara yang lain diburu untuk ditangkap. Mereka yang diburu lari bersembunyi di hutan keramat, tempat yang justru menjadi ladang pembantaian mereka.


Cerita kemudian berujung pada penembakan para aktivis warga yang bersembunyi di hutan. Dengan cerdas Wawan Sofwan menggambarkan pertumpahan darah melalui air berwarna merah yang dikucurkan oleh sosok perempuan misterius.


Teater Sandekala mementaskan cerita yang merujuk pada masa reformasi 1998 dan diambil dari novel berjudul sama karya Godi Suwarna, sastrawan Sunda. Berkat novel Sandekala, Godi Suwarna meraih penghargaan Rancage tahun 2008, penghargaan tahunan yang diberikan untuk sastra Sunda, Jawa, dan Bali.


Pementasan teater berbahasa Sunda di tanah Pasundan semestinya menjadi hal yang menarik, apalagi mengangkat tema korupsi dan lingkungan. "Namun sepertinya masyarakat Bandung kurang apresiatif terhadap pementasan teater. Gedung Kesenian Rumentang Siang tidak pernah terisi penuh hingga pertunjukan terakhir," kata Andi K Yuwono, produser pementasan teater ini

.

Terlepas dari berbagai kendala dan kekurangan di sana-sini, teater ini berhasil mengingatkan kembali pada reformasi yang bergolak 10 tahun lalu. Masih ada setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bangsa ini. Penanggulangan kemiskinan, taktik ekonomi untuk mencegah kenaikan harga kebutuhan pokok, pencegahan dan pemberantasan berbagai bentuk praktik korupsi, serta penerimaan berbagai pendapat dan kritik sebagai konsekuensi atas perwujudan demokrasi, masih sering dirnafikan, meski satu dekade telah lewat. "Semoga pementasan teater ini mengingatkan kembali masyarakat Indonesia pada peristiwa reformasi 1998," kata Wawan Sofwan.


Lakon Sandekala akan dipentaskan kembali di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, 22-23 Juli 2008. Di ibu kota negara Sandekala akan dipentaskan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. (E4)

`Cyber` di Pentas Teater Padang (8 mei 2008)

Padang- Kesabaran tidak lagi harus menunggu bagiku kini. Sebab, sedari tadi setiap orang sudah berbondong-bondong terbang mengitari langit. Berpindah-pindah benua dalam 1,375 detik bersama siaran berita-berita, infotainment, reality show, variety show, film, atau iklan-iklan dalam daftar chanel-chanel televisi kabel langganannya. Sementara aku belum juga punya kartu identitas sebagai sebuah persyaratan mengajukan kredit untuk sekadar memiliki seperangkat peralatan digital antena parabola. Sungguh....Sungguh, aku sangat ingin terbang ke alamatmu. Satu titik di mana kau pertama kali menginjakkan khaki di tanah ini”.

Teaterwan Wendy HS dan Dede Prama Yoza mencoba menghadirkan refleksi dunia cyber dalam pentas teater bertajuk Tambologi 1: Retroaksi, Rabu (30/4) di Taman Budaya Sumatera Barat.

Inilah pentas yang berasal dari ide masa kini yang masih digarap secara konvensional.

Pentas teater sekitar 60 menit itu mencoba menghadirkan kegamangan masyarakat tradisional dalam sebuah dunia cyber yang serba cepat.

Masyarakat yang masih berpijak pada nilai-nilai tradisional berhadapan dengan sebuah dunia yang ditopang teknologi canggih dan menembus batas- batas wilayah dan waktu.

Wendy dan Dede—kreator sekaligus pemain—mencoba memotret kegamangan-kegamangan itu dengan memilih aneka simbolisasi.

Dari pemilihan kostum, mereka memadupadankan dua dunia yang masih hidup saat ini. Baju yang mereka gunakan adalah baju merah-kuning yang mempunyai motif khas Minangkabau.

Kain sarung menjadi penutup bagian bawah, kendati sarung ini hanya dipasang tiga perempat.

Keduanya memilih alas kaki berupa sepatu boot hitam yang bertali hingga bagian atas. Sepatu ini dipadukan dengan kaus kaki yang hampir menyentuh lutut.
Tidak mewah

Properti pentas juga tidak mewah. Mereka memakai tangkai besi yang mempunyai ujung bulat seperti roda. Sepuluh tisu gulung direntangkan memanjang di bagian tengah-belakang pentas.

Suara yang telah modifikasi—sehingga sebagian penonton menyebut suara itu sebagai suara horor—menjadi pengiring pertunjukan teater.

Suara itu seperti suara-suara yang kerap dipakai untuk menunjukkan nuansa dunia cyber.

Wendy dan Dede juga menampilkan teater mini kata yang sebagian besar kalimat yang disampaikan seperti sebuah prolog panjang yang dibawakan dengan nada datar. Pada kesempatan lain, mereka mengulang-ulang kata.

Dari sisi gerak, tidak ada yang istimewa dari pertunjukan ini. Mereka tetap memakai gerak- gerak seperti pertunjukan teater pada umumnya, yakni gerakan mundur, langkah tegap seperti berbaris, atau gerakan lain yang ingin menyerupai gerakan pencak silat.
Wacana

Pementasan teater kedua kerja sama STSI Padangpanjang dan Taman Budaya Sumatera Barat ini menawarkan sebuah wacana tentang dunia saat ini dengan berbagai teknologi modern yang tidak bisa ditolak kendati masyarakat belum lagi siap menerimanya.

Dalam diskusi setelah pentas, kedua kreator menyebutkan bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat Minangkabau yang sudah kehilangan sebagian identitas diri mereka.

Kehidupan modern yang masuk lewat media televisi, internet, maupun dalam pergaulan sehari-hari lebih mendekatkan masyarakat pada dunia di luar kehidupan sehari-hari yang dekat dengan mereka.

”Kami mencoba membawakan pencak silat dalam pertunjukan ini. Namun, memang masih jauh dari kesempurnaan gerak pencak silat. Ini juga menjadi contoh masyarakat saat ini yang semakin jauh dari akar budaya kami,” kata Wendy.
Daerah terasing

Kedua pemain memang hendak menunjukkan diri mereka sebagai representasi putra daerah yang terasing dari budaya daerah mereka.

Sayangnya, teater kali ini belum banyak mengeksplorasi gerak atau properti sebagai kesatuan pementasan yang bisa menunjukkan sebuah budaya yang melampaui tradisi yang ada saat ini.

Kedua pemain seakan masih terikat pada tradisi gerak dan pementasan pada umumnya sehingga terkesan sangat monoton.

Sumber : www.kompas.com (8 Mei 2008)

Minggu, 15 Juni 2008

MAAF....

Mohon maaf bila gak up to date.
secara saya masih kuliah dan ini mendekati UAS. jadi gak isa keluar keluar T_T
kemaren FSS gak nonton blass mangkanya gwa copas dech dari tempat laen.

bagi yang memiliki acara teater yang telah berjalan atau yang akan berjalan bisa memberikan detailnya ke saya di ragnafox2006@yahoo.com nanti akan saya posting di blog ini. kalo ada fotonya bisa jadi lebih membantu.
terima kasih.

terutama buat yang di luar surabaya :D

SALAM BUDAYA.
JANGAN LUPA, 26 juli ada acara temu teater mahasiswa nusantara ke 6.

FSS 2008 Ditutup Ngaji Kebangkitan & Wayang Ajen Kakufi

Note : copas dari
http://www.suarasurabaya.net/v05/kelanakota/?id=0f1894bf211078bb03c460ed30dc3546200853006

suarasurabaya.net
| Minggu (15/06) malam sesuai jadwal Festival Seni Surabaya (FSS) tahun 2008 bakal ditutup. Setelah hampir setengah bulan digelar, FSS 2008 dijadwalkan ditutup dengan penampilan Ngaji Kebangkitan bersama Gus SHOLAH dan FRANKY SAHILATUA.

Dijadwalkan, Ngaji Kebangkitan yang merupakan refleksi 100 tahun Kebangkitan Nasional, yang mengundang SALAHUDIN WAHID atau Gus SHOLAH bersama dengan FRANKY SAHILATUA musisi jalanan asal Kota Surabaya, itu terbuka untuk umum.

FSS 2008 sebagai sebuah ajang kesenian dan penampilan karya seniman di Kota Surabaya, dimeriahkan dengan pameran seni, bursa buku murah, oblong mart, serta beberapa kegiatan lainnya. Digelar sejak 1 Juni lalu, FSS merupakan agenda seni tahunan yang diselenggarakan di Kota Surabaya.

Sebagai pamungkas FSS 2008, juga bakal dihadirkan Wayang Ajen Kakuli. Memilih lakon: Dewa ruci, Nyanyian Air Kehidupan, menampilkan kidalang ARTHUR SUPARDAN NALAN, yang juga dikenal sebagai budayawan dan pemerhati wayang nusantara.

Bersama dengan 11 orang rombongannya, ARTHUR sudah menjelajahi beberapa negara Asia dan Eropa diantaranya Vietnam, Yunani dan Prancis. “Ternyata wayang dengan segala potensinya, dapat menjadi media daya saing bangsa yang jitu dan bermutu. Tinggal sekarang bagaimana komitmen pemerintah,” tutur ARTHUR S. NALAN.

Dengan hadirnya dua agenda kegiatan Minggu (15/06) malam di gedung utama Balai Pemuda Jl. Yos Sudarso, maka berakhir pula FSS tahun 2008.(tok)

FSS 2008 Hadirkan Pantomin Terbaik Prancis

Note : Di copas dari http://www.antara.co.id/arc/2008/6/7/fss-2008-hadirkan-pantomin-terbaik-prancis/


Surabaya (ANTARA News) - Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 menghadirkan pemain pantomim terbaik asal Perancis, Le Mime Bizot alias Philippe Bizot yang akan menghibur masyarakat di Balai Pemuda, Surabaya, Senin (9/6).

"Di FSS Mime Bizot akan menampilkan lakon bertjudul, `Les Petites Etapes Du Bonheur` atau `Langkah Kecil Mencapai Kebahagiaan`," kata Koordinator Program FSS 2088, R Giryadi di Surabaya, Sabtu.

Dalam pertunjukannya, dia akan menunjukkan kepiawaiannya berpantomim dan berbagi momen-momen kehidupan dengan publiknya. Karena itu penampilan seniman yang belajar pantomim secara otodidak selama 30 tahun itu akan menjadi tontonan menarik.

Selain di FSS, Mime Bizot juga akan tampil di kebun belakang Pusat Kebudayaan Perancis (CCCL), Selasa (10/6) serta memberikan workshop, Senin (9/6) pagi. Ia akan berbagi pengalaman dengan masyarakat yang ingin belajar kesenian bisu ini.

"Materi workshop kami adakan karena kami menilai bahwa tidak banyak masyarakat di kota pahlawan ini yang benar-benar menekuni kesenian pantomim," kata Atase Pers CCCL, Pramenda Krishna Airlangga menambahkan.

Menurut dia, Mime Bizot adalah seorang master internasional pantomim dan tergolong sebagai pemain pantomim terbaik pada generasinya. Ia telah berpentas keliling dunia dan selalu berinteraksi dengan orang-orang di negara yang disinggahinya.

"Mime Bizot memulai karir solo pantomim ini sejak dini. Dia yang lahir di Bordeaux ini saat berusia delapan tahun terpukau saat pertamakali menyaksikan penampilan Mime Marceau, seorang master pantomim. Hal itu yang kemudian menuntunnya untuk mengabdikan hidup pada seni ini," katanya.

Saat berumur 20 tahun, ia menerima anugerah juara international "de Pantomime de la Ville" di Paris pada 1974. Sejak saat itu ia tak berhenti mementaskan dan mengajarkan keluwesan tubuhnya ke seluruh dunia.

Mengenai workshop, kata Krishna, Mime Bizot tetap merasa nyaman meskipun kemudian hadir pantomim-pantomim muda. Tidak hanya untuk orang normal, ia malah juga mengajarkan pantomim bagi tuna netra, tuna rungu, penderita rabun, penderita autis dan anak-anak yang menderita panyakit parah.

Selain ke Surabaya, Mime Bizot juga akan pentas di Venezuela, Chili, Cina, sedangkan di Indonesia, ia singgah di Bandung, Jakarta dan Yogyakarta. (*)

FSS 2008 Tampilkan Tari Badai Plastik dan Lepas

Note : di copas dari kompas
http://entertainment.kompas.com/read/xml/2008/06/06/2202043/fss.2008.tampilkan.tari.badai.plastik.dan.lepas.


SURABAYA, KOMPAS - Memasuki hari keenam, Festival Seni Surabaya Tahun 2008 yang mengusung tema 100 Tahun "Kebangkitan Nasional- Tribut to Surabaya", menyuguhkan tarian berjudul Badai Plastik karya Hendro Martono dan tarian berjudul Lepas karya bersama Amelia Tandjung dengan Rudy Soenarto, hari Jumat (6/6) malam, di Gedung Utama, Balai Pemuda, Surabaya.

Tari Badai Plastik garapan koreografer Hendro Martono asal Mojokerto (Jatim) yang kini mengajar di Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, itu berbicara tentang plastik sebagai ikon modernisasi yang menggulung seni budaya tradisional warisan anak bangsa.

Hendro martono melihat bahwa pada satu sisi produk plastik bernilai ekonomis, namun pada sisi lain kehadiran lastik tekah berdampak jadi sampah yang mengotori bumi, menjadi biang banjir dan kerusakan alam. Realitas itulah yang dihadirkan Hendro Martono dalam bentuk virtualisasi gerak yang serasa imajinatif diekspresikan oleh para penari pendukung Badai Plastik di atas panggung.

Sementara tari Lepas karya Amelia Tandjung dan Rudy Soenarto lebih merupakan tafsiran bahwa hidup adalah perjuangan, cobaan sekaligus tantangan. Tarian balet kontemporer yang dibawakan para penari cenderung eksploratif dalam gerak tubuh. Namun Lepas juga memunculkan gerak tari kontemporer yang diperkaya dengan tarian salsa yang penuh gairah.


Festival Seni Surabaya 2008

Note : sebelumnya maaf pada mbak vina, karena info ini saya copas langsung dari blog yang bersangkutan.

http://duniaqaza.wordpress.com/2008/06/03/agenda-program-fss-2008/


FSS 2008 digelar mulai tgl 1-15 Juni 2008 di Balai Pemuda Surabaya. Tema tahun ini adalah ‘TRIBUTE TO SURABAYA’. Setiap hari ada pertunjukan, mulai dari tari, puisi, teater, dan diskusi budaya. Penyaji tidak hanya dari Surabaya, tetapi juga dari Bandung, Yogyakarta, Perancis, dan Solo. Selain itu juga ada bursa buku dan pasar seni yang diikuti banyak distro surabaya. Harga tiket pertunjukan Rp 10.000 dan Rp 20.000.

Ini jadwal pertunjukannya :

Tanggal Hari Jam Tempat Pertunjukan
1 Minggu 19.00 Gedung Utama Pembukaan FSS 2008




Ratna K. Riantiarno




(Baca cerpen : Pledoi karya: Azizah Hefni)



Gedung Utama Kolaborasi Musik Surabayan




Sawung Jabo & Cak Kartolo
2 Senin 19.00 Gedung Utama Hip hop Etha-Dam (Perancis)




Aduna, Terre D’aventure / Aduna, Negeri Petualangan
3 Selasa 19.00 Gedung Utama Teater Bengkel Muda Surabaya




(Pesta Pencuri karya Jean Anouilh)
4 Rabu 19.00 Gedung Utama Monolog Wawan Sofwan (Bandung)




(DAM karya Putu Wijaya)
5 Kamis 19.00 Gedung Utama Musik Acapella Mataraman (Yogyakarta)
6 Jumat 19.00 Gedung Utama Tari Hendro Martono (Yogyakarta)




Kolaborasi Balet Amelia Tandjung dan Rudi Soenarto (Surabaya)
7 Sabtu 19.00 Gedung Utama Teater Ragil (Surabaya)




(Masyarakat Rosa karya Meimura)
8 Minggu 19.00 Gedung Utama Puisi Perkusi Sosiawan Leak-Temperante (Solo)




Pembacaan puisi:




5 penyair Jatim: A. Muttaqin, Indra Tjahyadi, Mashuri,




F. Aziz Manna, Denny Tri Ariyanti
9 Senin 19.00 Gedung Utama Pantomim




Jemek Supardi (Yogyakarta)




Philippe Bizot (Perancis)




(Les Petites Etapes Du Bonheur / Langkah Kecil




Mencapai Kebahagiaan)
10 Selasa 10.00 -

12.00

Gedung Utama Diskusi Budaya




Pembicara:




1. Hariyadi (Pengamat Politik / Surabaya)




2. Diah Arimbi ( Pengamat Sastra / Surabaya)




3. Afrizal Malna (Esais / Jakarta)




Moderator:




1. Dimam Abror




2. Keynote Speaker




3. Meutia Hatta (Menteri Pemberdayaan Perempuan)


19.30 Gedung Utama Pemutaran Film
11 Rabu 19.00 Gedung Utama Jajan Pasar (Surabaya)




Banjaran (ISI Solo)
12 Kamis 19.00 Gedung Utama Ratih Dewi Pratama Adyka Putri (Surabaya)




Tari Asri Mery Sidowati (Jakarta)
13 Jumat 19.00 Gedung Utama Teater Tetas (Jakarta)




(Republik Anthurium karya AGS Dwipayana)
14 Sabtu 19.00 Gedung Utama Klinik Teater Surabaya




(Joko Tarub karya Akhudiat)
15 Minggu 19.00 Gedung Utama Wayang kontemporer (STSI Bandung)




Kolaborasi Gus Sholah dan Franky Sahilatua

Metamorfosa Adhitama

Pada tanggal 30 mei 2008 lalu
teater adhitama menyelenggarakan sebuah acara bertajuk "Metmorfosa adhitama" dalam rangka dies natalis teater adhitama ITATS (yang ke berapa saya gak tahu, maaf saya gak datang T_T).\

teater adhitama membawakan sebuah pertunjukan teater berjudul
"Mahalnya Pendidikan"

Note : yang punya data lengkap tentang ini mohon dapat menghubungi saya buat dokumentasi ^_^